Kisah sebutir debu yang
bertransformasi menjadi mutiara #Part 1
Bulan ke 27 di perantauan, Purnama
ke 25, Hujan yang ntah keberapa.
Bagiku,
Perjalanan ini adalah perjalanan yang amat menyenangkan. Kehidupan dengan
segala lika-liku dan duri yang menyakitkan
namun menyimpan hikmah dalam setiap detiknya.
Ini kisah saya. Selama
2 bulan tingal bersama mutiara-mutiara yang kini menjadi keluarga. Keluarga
yang amat saya sayangi, cintai, semoga karena Nya.
Nama saya Reni, Lebih suka dipanggil Rere. Sejak awal agustus
lalu saya diberi kesempatan untuk berada disini, asrama peradaban, yang
sejujurnya saya lebih suka menyebutnya “Lautan Suci” tempat dimana sebutir
debu bertransformasi menjadi mutiara
kelak suatu hari, Aamiin.
*Flashback
Awal pertama kali medengar Rumah Kepemimpinan, yang ada
dikepala saya adalah tempat orang2 aktifis bin sibuk bin organisatoris. Sempat
ada keraguan untuk mendaftar, mengingat diri saya yang biasa-biasa aja, bukan
aktifis kelas kakap, bukan orang sibuk yg punya jabatan strategis, apalagi
organisatoris kelas tinggi. Hanya perempuan biasa, dengan prestasi biasa, dan
hidup yang biasa (?). Singkatnya, saya akhirnya memberanikan diri dan melewati
serangkaian proses seleksi yang masha Allah, hingga akhirnya Allah menjodohkan
saya menjadi bagian dari instansi ini. Saya masih ingat betul ketika itu, doa
yang yang saya panjatkan “ Ya Allah, jika aku akan semakin dekat dengan Mu
lewat RK, maka ridhoilah hamba disana”
Dan Allah selalu punya skenario indah untuk hamba-hamba Nya.
Awal
mula tinggal diasrama bersama mahasiswa/i UGM yang punya ‘nama’ dan ‘peran’
besar di universitas membuat saya sedikit minder berada diantara mereka. Awalnya
saya merasa saya bukanlah apa-apa. Namun, setelah berjalan beberapa hari,
ternyata mereka asyik dan saya merasa nyaman-nyaman saja, malah termotivasi
untuk terus memperbaiki diri. Ditahap ini, Pemikiran saya tentang Rumah
Kepemimpinan diawal ternyata salah besar. RK tidak seperti yang saya kira, RK
berbeda. (*walaupun atmosfer yg hampir sama pernah saya rasakan di SMA dulu)
Pernahkah kalian membayangkan kegiatan yg full day dari
bangun tidur sampai bangun lagi? Di RK, kita kudu bangun pagi untuk
bersama-sama menjalankan Qiyamul Lail, dilanjutkan Sholat Subuh berjamaah,
mengaji dan serentetan Program lainnya.
Hari-hari
yang saya lewati selama berada di Pink Dorm ini ternyata menjadi lebih
menyenangkan. Kegiatan harus bangun jam 3 pagi dan baru bisa tidur tengah malam
ternyata tidak membuat saya menjadi kacau. Malah sebaliknya, bahagia. Teramat
bahagia. Saya dan teman-teman diajarkan untuk memanajemen diri menjadi lebih
produktif. Kenapa harus pulang keasrama tepat sebelum jam 7 malam? Supaya kita
bisa segera menyelesaikan urusan kampus sebelum jam tersebut. Di point ini kita
belajar membagi diri dan membuat skala-skala prioritas. Mengapa harus ada
tahsin? Mengapa harus ada kajian? Mengapa harus ada Project? Ya karena
‘pemimpin sejati adalah dia yang menghabiskan setiap deru nafasnya untuk
Allah’. Bukan sekedar dunia.
Kami diajarkan bagaimana arti penting Menuhankan-Tuhan yang
sebenarnya. Bukan Menuhankan-Tuhan-Tuhan kecil disekitar kita.
And
then,,,, apa yang akan saya lakukan di RK?
Sejujurnya, Saya belum menjadi mahasiswi yang keren-keren
amat. Saya berorganisasi biasa, tidak memiliki jabatan strategis seperti teman2
saya, saya bukan mapres, saya juga bukan sosok yang famous di universitas. Tidak seperti teman2 yang sudah punya ‘nama’
, memiliki komunitas yang sudah populer, punya segudang prestasi dan lainnya.
Lantas, apakah saya harus menjadi mapres, organisatoris kelas tinggi, atau
mungkin punya komunitas dan lain sebagainya? Maka detik ini, dengan rendah hati saya menjawab ‘tidak’.
Saya memiliki pengertian prestatif dan kontributif tersendiri. Saya punya cara
saya sendiri, jalan saya sendiri. Mungkin karena masa lalu yang menempa saya
berbeda dengan masa lalu teman2 saya. Dan itu menjadi salah satu bagian yang
membentuk kepribadian.
Gini, ketika
saya dan teman-teman diminta untuk pergi ke Jakarta, maka akan muncul
kemungkinan-kemungkinan untuk mengambil cara yang berbeda. Sama halnya dengan
apa yg RK beri pada kami. Tujuan kami sama, namun cara yang membedakannya. Saya
merasa masih belum menjadi apa-apa dan belum menjadi seorang yang RK harapkan.
Bagaimana tidak, setiap hari saya mendengar teman-teman saya berprestasi
dibidang ini, dibidang itu, sementara saya? Ikut lomba ini kalah, lomba itu
nggak nyampe final, lomba ini juga nggak menang. Tapi disini saya belajar untuk
menghabiskan jatah kegagalan. *edisi menghibur diri
Ini
bukan cerita yang menarik buat kalian mungkin, tapi bagi saya ini adalah cara
saya mengekspresikan diri. (FYI, saya tidak pandai mengekspresikan diri)
Selama 2 bulan ini
saya sering berkecimpung dengan lintas bidang keilmuan yang ternyata membuat
wawasan saya lebih luas. Saya juga belajar arti penting dari kekeluargaan
karena-Nya.
Saat Saya menangis lalu ketauan, saya sakit diberi
ucapan “syafakillah Rere super” sampai saya pergi kekampus dan tiba2 udah ada
sesuatu dikamar, Ahhh mereka so sweet.
Di RK saya belajar senam jantung tiap hari, karena setiap
pagi prestasi teman2 akan diposting di grup dan itu membuat deg-degan sekaligus
terpacu sambil nanya ke diri sendiri, “Aku kapan?” dari kemarin kalah terus L (gak apa, gagal itu biasa, hehe) *menghibur
diri lagi
Hal terpenting yang saat ini sedang saya jalani, RK
mengajarkan arti ‘memilih’
Ketika saya dihadapkan untuk datang kejakarta dalam suatu
acara selama 2 hari, dan selama 2 hari itu pula ada ujian yg nggak bisa
ditinggal, praktikum yg gabisa inhal, ujian ini itu, dan lainnya.. dan saya
harus ‘memilih’ mana yang saya prioritaskan dalam hidup saya.
Selama di pink dorm, saya juga suka menimbang berat badan,
hanya karena ada yg nyeletuk “ren, kok kurusan? Ngapain aja kegiatannya?” saya
ingin menunjukkan kalau di RK saya juga bahagia, saya senang-senang saja.
Meskipun terkadang tak terelakkan momen nangis sendirian dikamar tetap harus
ada tiap minggunya.
And
the last is...
Saya hanya ingin menikmati deru hidup dan skenario ini dengan
ketenangan hati dan kelapangan jiwa. Sesederhana itu. Meskipun saya tidak bisa
memungkiri adanya faktor keluarga, faktor akademik, dan faktor-faktor x
lainnnya.
Tapi di RK, saya tak ingin berpisah dengan saudara-saudara saya,
Harapannya kami benar-benar akan berlabuh di Syurga Nya, di Firdaus Nya.
Aaamiin

ConversionConversion EmoticonEmoticon