Langitpun menyaksikannya..
Hanya sedikit goresan mahasiswi peternakan, sungguh tulisan
teman-teman bahkan jauh lebih hebat dari pada tulisan saya J
Terhitung sudah hari ke 7 (dimulai sejak pulang NLC) saya
berada disana, pink dorm. Jika harus dihitung sejak agenda pra-asrama, kurang
lebih sudah memasuki minggu ke
tiga/empat.
So, Apa yang kamu rasakan?
Honestly, i can’t explain what i feel.
Butir Debu Diantara Butiran Mutiara
Bagi saya, hidup adalah sebuah perjalanan menuju pendaratan
yang kekal. Hidup adalah tentang bagaimana kita berproses untuk siap transit di
alam kubur lantas kemudian bertemu dengan Nya. Sang Khalik.
Dulu abi saya pernah bilang, Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita rasakan
adalah pendidikan. Jadi, apapun yang kamu lihat, dengar, dan rasakan adalah
pendidikan bagi kamu, sekalipun itu adalah sebuah hal yang tidak kamu sukai.
Rumah Kepemimpinan mendidik, membina, dan merangkul saya dalam
hal ini. Meskipun waktu bergulir baru saja, 1 bulan. Sementara kami akan
‘digodok’ selama 22 Bulan !! 22 Bulan !!! (ingat Bang Bachtiar)
Lantas apa kaitannya dengan debu dan mutiara?
Baiklah, saya akan sedikit mengungkapkan kicauan dari relung
hati yang terdalam. Awal saya melirik instansi ini, berlanjut mencari tau (read
: kepo), lantas kemudian mendaftar.
Ada satu hal yang
menyiksa hati saya, menyayat pelan tapi pasti, yaitu masa lalu. Namun point
pentingnya bukan disini, melainkan saya jatuh cinta. Apa? SAYA JATUH CINTA. Pada siapa? Pada
instansi ini. (Semoga rasa cinta ini semata-mata karena Allah, dan hati saya tetap
terjaga hingga akhir)
Setelah melewati rangkaian seleksi yang rumit (you have to
know that saya anak peternakan), memanajemen diri agar bisa mengikuti
praktikum, acara, dan seleksi tanpa harus menabrakkannya. “ karena hal-hal baik
tak selayaknya dibenturkan” (Yuda Pradana, 2016).
Singkat cerita, sampailah ditahap akhir. Pengumuman peserta
yang lulus. Setelah bertemu, kemudian kami melaksanakan apel pembukaan,
perkenalan ER, hingga pindah asrama dan
lain sebagainya.
Suatu hari, ditengah riuh dan sekelebat rindu yang datang
menghampiri tiba-tiba, Saya Berpikir. Tentang Mereka, Nakula-Srikandi 8.
Orang-orang yang sempat saya temui di beberapa acara dan kompetisi sebelumnya.
Mereka adalah mutiara, sedangkan saya hanyalah setitik debu ditepi jurang. SETITIK
DEBU.
Mungkin akan ada yang berkata “ Merendah untuk Meroket”
But wait.. diawal
tadi saya sudah menjelaskan bahwa ini adalah ungkapan hati. Semoga hati saya
ditetapkan oleh Nya, Sang Maha Pembolak-Balik Hati.
Kembali ke setitik debu .
Debu di tepi jurang
dan mutiara di dasar lautan.
Debu itu tersembunyi, di tepi jurang. Debu itu akan
bertransformasi,. Ditiup “ANGIN” kencang hingga terombang ambing, jatuh
membentur bebatuan. Terisak. Namun debu itu tak menyerah, ketika
“ANGIN” meremuk redamkan tubuhnya. Lantas
Debu itu kemudian tergerus menuju tepi
pantai, tenggelam ke dalam dunia lautan yang semu, gelap, dan dingin. Debu itu
jatuh lebih dalam, bersamaan dengan “OMBAK” yang menempanya menjadi ulung.
Akhirnya, debu itu bertemu kerang, terkatup lama hingga menjelma menjadi sebutir mutiara.
Rumah Kepemimpinan adalah “ANGIN” tersebut, meniup dan meremuk-redamkan
diri untuk bertransformasi, berproses, dan memantaskan diri menjadi sebutir
mutiara. Bagaimana dengan ombak? Ia adlah faktor X (Faktor Eksternal) yang ikut
berperan dalam proses tersebut.
Bersambung...
boleh PM dan comen ya
ConversionConversion EmoticonEmoticon